TEORI DAN KONSEP PERILAKU
Proses
perkembangan perilaku manusia sebagian ditentukan oleh kehendaknya sendiri,
sebagian bergantung pada alam, sedangkan makhluk lain sepenuhnya bergantung
pada alam. Ciri manusia memiliki kebutuhan yang secara terus menerus untuk
dipenuhinya . Manusia dibekali cipta (kognitif), rasa (afektif), karsa
(psikomotor).
Perilaku
manusia tidak lepas dari proses pematangan organ-organ tubuh. Perilaku individu
tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat adanya stimulus, baik internal
maupun eksternal.
PENGERTIAN PERILAKU
a. Dari sudut
Biologis:
Suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yg bersangkutan, yg dpt diamati secara langsung maupun tdk langsung
b. Soekidjo
Notoatmodjo, 1993:
Suatu aktivitas
manusia itu sendiri
c. Secara Operasional
Soekidjo Notoatmodjo, 1993:
Suatu respons organisme atau
seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut
d. Ensiklopedia
Amerika :
Suatu aksi – reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku
baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi,
yakni yang disebut Rangsangan.
e. Robert
Kwick,1974:
Tindakan atau perilaku suatu
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari
f. Sri
Kusmiyati & Desminiarti, 1990:
Proses interaksi individu dengan
lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup
g. Sunaryo,
2004:
Aktivitas yang timbul karena adanya
stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung
Pengertian Perilaku
A.
Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
B) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia
1)Genetika
2)Sikap – adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu.
3)Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial.
4)Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
B) Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia
1)Genetika
2)Sikap – adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu.
3)Norma sosial – adalah pengaruh tekanan sosial.
4)Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.
proses pembentukan perilaku menurut para ahli
1. B.F. Skiner
Skinner menyatakan bahwa belajar merupakan “Tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang (S) dan respon (R)” yang terkenal dengan teorinya yaitu Operant Conditioning Theory. Ada dua macam respon dalam kegiatan belajar
Respondent response reflexive respons, bersifat spontan atau dilakukan secara reflek, diluar kemampuan seseorang. Dalam situasi yang demikiasn seseorang cukup belajar dengan stimulus yang diberikan dan ia akan memberikan respons yang sepadan dengan stimuli yang datang.
Operant Response (Instrumental Response), respon yang timbul dan berkembangnya dikuti oleh perangsan-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut dengan reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang ini memperkuan respons yang telah dilakukan oleh organisme.
Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant response secara sederhana adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi hal-hal apa yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku yang akan dibentuk.
Menganalisa, dan selanjutnya mengidentifikasi komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.
Berdasarkan urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen-komponen itu.
Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan mengunakan urutan yang telah disusun. Kalau komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya (reinforcer) diberikan. Kemudian komponen kedua, jika yang pertama sudah terbentuk, yang kemudian diberi hadiah pula (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi)
2. Pavlov
Dalam teorinya Pavlov menyatakan bahwa gerakan refleks itu dapat dipelajari dan dapat berubah dengan melakukan latihan. Refleks dibagi menjadi dua bagian, yaitu refleks wajar (unconditioned reflex) dan refleks bersyarat (conditioned reflex). Refleks wajar, refleks yang terjadi dengan sendirinya saat diberikan rangsang, sedangkan refleks bersyarat adalah refleks yang harus dipelajari.
Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions), dapat berupa latihan yang dilakukan secara terus menerus sehingga menimbulkan reasksi (response).
Kelemahannya adalah menganggap bahwa belajar adalah hanyalah terjadi secara otomatis dan lebih menonjolkan peranan latihan-latihan, dimana keaktifan dan pribadi seseorang tidak dihiraukan.
3. Guthrie
Teori yang dikemukakan oleh Guthrie adalah teori conditioning yang menitikberatkan pada cara-cara atau upaya tertentu untuk mengubah kebiasaan yang kurang baik menjadi kebiasaan yang baik. Menurut Guthrie tingkah laku manusia itu adalah merupakan deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respons atas rangsangan ang terjadi sebelumnya dan menjadi rangsang berikutnya.
Beberapa metode yang disarankan Guthrie untuk mengubah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan adalah
Skinner menyatakan bahwa belajar merupakan “Tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang (S) dan respon (R)” yang terkenal dengan teorinya yaitu Operant Conditioning Theory. Ada dua macam respon dalam kegiatan belajar
Respondent response reflexive respons, bersifat spontan atau dilakukan secara reflek, diluar kemampuan seseorang. Dalam situasi yang demikiasn seseorang cukup belajar dengan stimulus yang diberikan dan ia akan memberikan respons yang sepadan dengan stimuli yang datang.
Operant Response (Instrumental Response), respon yang timbul dan berkembangnya dikuti oleh perangsan-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian disebut dengan reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang ini memperkuan respons yang telah dilakukan oleh organisme.
Prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant response secara sederhana adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi hal-hal apa yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku yang akan dibentuk.
Menganalisa, dan selanjutnya mengidentifikasi komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.
Berdasarkan urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen-komponen itu.
Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan mengunakan urutan yang telah disusun. Kalau komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya (reinforcer) diberikan. Kemudian komponen kedua, jika yang pertama sudah terbentuk, yang kemudian diberi hadiah pula (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi)
2. Pavlov
Dalam teorinya Pavlov menyatakan bahwa gerakan refleks itu dapat dipelajari dan dapat berubah dengan melakukan latihan. Refleks dibagi menjadi dua bagian, yaitu refleks wajar (unconditioned reflex) dan refleks bersyarat (conditioned reflex). Refleks wajar, refleks yang terjadi dengan sendirinya saat diberikan rangsang, sedangkan refleks bersyarat adalah refleks yang harus dipelajari.
Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions), dapat berupa latihan yang dilakukan secara terus menerus sehingga menimbulkan reasksi (response).
Kelemahannya adalah menganggap bahwa belajar adalah hanyalah terjadi secara otomatis dan lebih menonjolkan peranan latihan-latihan, dimana keaktifan dan pribadi seseorang tidak dihiraukan.
3. Guthrie
Teori yang dikemukakan oleh Guthrie adalah teori conditioning yang menitikberatkan pada cara-cara atau upaya tertentu untuk mengubah kebiasaan yang kurang baik menjadi kebiasaan yang baik. Menurut Guthrie tingkah laku manusia itu adalah merupakan deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respons atas rangsangan ang terjadi sebelumnya dan menjadi rangsang berikutnya.
Beberapa metode yang disarankan Guthrie untuk mengubah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan adalah
Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible
Response Method)
Dasar pemikiran metode reaksi berlawanan adalah bahwa manusia adalah merupakan organisme yang selalu bereaksi terhadap rangsang-rangsang.
Metode Membosankan (Exhaustion Method)
Hubungan asosiasi antara rangsang dengan reaksi pada tingkah laku yang buruk dibiarkan sampai kemudian menjadi bosan atas keburukannya.
Metode Mengubah Lingkungan (Change of Enviromental Method)
Adalah cara yang digunakan dengan memutuskan hubungan rangsang antara rangsang dengan respons yang buruk yang akan dihilangkan.
4. E.L. Thorndike
Thorndike menyatakana ada 2 prinsip belajar, yaitu law of effect dan law of exercise, yang terangkum dalam teorinya yaitu The Connectionism Theory.
Law of Effect
Adalah prinsip yang menyatakan bahwa seseorang dapat dengan cepat menguasai perilaku baru, apabila ia merasa memperoleh susuatu yang menyenangkan, memuaskan ketika melakukan perbuatan (response) yang berkenaan dengan perilaku tersebut di atas.
Law of Exercise
Adalah prinsip yang menyatakan bahwa makin sering perilaku baru itu dipraktekkan atau dilatih penerapannya makin kuat dan makin cepat berintegrasi dengan keseluruhan perilaku kebiasaannya.
5. Clark C. Hul
Dalam teorinya ia mengatakan bahwa suatu kebutuhan harus ada pada diri seseorang yang sedang belajar, kebutuhan itu dapat berupa motif, maksud, ambisi, atau aspirasi. Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar individu.
Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang sampai pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang. Jadi pada diri seseorang harus ada motif sebelum belajar terjadi atau dilakukan.
6. Piaget
Piaget mengemukakan aspek-aspek perkembangan intelektual anak sebagai berikut:
Aspek struktur
Ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak-anak. Tindakan-tindakan menuju perkembangan operasi-operasi dan selanjutnya menuju pada perkembangan struktur-struktur. Struktur yang juga disebut skemata atau juga biasa disebut dengan konsep, merupakan organisasi mental tingkat tinggi.
Aspek isi
Isi maksudnya adalah pola perilaku anak khas yang tercermin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
Aspek fungsi
Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi.
7. Jerome S Bruner
Bruner menyatakan bahwa inti belajar adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Menurut Bruner selama kegiatan belajar berlangsung hendakanya siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri (discovery learning) makna segala sesuatu yang dipelajari. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam memecahkan masalah. Dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri.
8. Robert M Gagne
Gagne mengemukakan ada lima kemampuan hasil belajar yaitu tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu bersifat psikomotorik. Kemampuan itu adalah
Kemampuan /keterampilan intelektual
Mampu menggunakan hal yang kompleks dalam suatu situasi baru dimana diberikan sedikit bimbingan dalam memilih dan menerapkan aturan-aturan dan konsep-konsep yang telah dipelajarinya sebelumnya.
Kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau mungkin sekumpulan sikap yang dapat ditunjukkan oleh perilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan IPA
Kemampuan informasi verbal
Keterampilan motorik
Bertolak dari model belajarnya, Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase itumerupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distruktur oleh siswa (yang belajar) atau guru. Fase-fase tersebut adalah:
Fase motivasi
Dimotivasi untuk belajar bahwa belajar akan memperoleh hadiah
Fase pengenalan
Memberikan perhatian pada bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional
Fase perolehan
Jika sudah mendapatkan informasi yang relevan, maka telah siap untukmenerima pelajaran
Fase retensi
Informasi harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Fase pemanggilan
Memperoleh hubungan antara informasi yang telah kita pelajari dengan informasi yang telah dipelajari sebelumnya
Fase generalisasi
Proses transfer informasi pada situasi-situasi baru.
Fase penampilan
Siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak
Fase umpan balik
Siswa memperoleh umpan balik dari penampilan mereka
9. David Ausubel
Ia mengemukakan teori belajar yaitu teori belajar bermakna. Belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi, yaitu:
Dimensi yang berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan
Dimensi yang menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengabaikan informasi pada struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif adalah fakta, konsep, dan generalisasinya yang telah dipelajari dan diingat siswa.
Dalam implementasinya, teori ini terdiri dari dua fase, aitu mula-mula ia menyangkut pemberian “the organizer” atau materi pendahuluan diberikan sebelum kegiatan berlangsung dan dalam tingkat abstraksi. Fase berikutnya dimana organisasinya lebih spesifik dan terarah.
10. Teori Psikologi Gestalt
Teori ini disebut juga field theory atau insight full lerning. Menurutnya manusia bukan hanya sekadar makhluk reaksi yang hanya berbuat atau bereaksi jika ada rangsang yang mempengaruhinya. Manusia adalah individu yang mempunyai kebulatan antara jasmani dan rohani. Secara pribadi manusia tidak secara langsung bereaksi kepada rangsang, dan tidak pula reaksi itu dilakukan secara tidak terarah, tidak pula dilakukan dengan cara trial and error.
Reaksi yang dilakukan manusia tergantung pada rangsang dan bagaimana motif-motif yang terdapat pada dirinya. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan.
Dasar pemikiran metode reaksi berlawanan adalah bahwa manusia adalah merupakan organisme yang selalu bereaksi terhadap rangsang-rangsang.
Metode Membosankan (Exhaustion Method)
Hubungan asosiasi antara rangsang dengan reaksi pada tingkah laku yang buruk dibiarkan sampai kemudian menjadi bosan atas keburukannya.
Metode Mengubah Lingkungan (Change of Enviromental Method)
Adalah cara yang digunakan dengan memutuskan hubungan rangsang antara rangsang dengan respons yang buruk yang akan dihilangkan.
4. E.L. Thorndike
Thorndike menyatakana ada 2 prinsip belajar, yaitu law of effect dan law of exercise, yang terangkum dalam teorinya yaitu The Connectionism Theory.
Law of Effect
Adalah prinsip yang menyatakan bahwa seseorang dapat dengan cepat menguasai perilaku baru, apabila ia merasa memperoleh susuatu yang menyenangkan, memuaskan ketika melakukan perbuatan (response) yang berkenaan dengan perilaku tersebut di atas.
Law of Exercise
Adalah prinsip yang menyatakan bahwa makin sering perilaku baru itu dipraktekkan atau dilatih penerapannya makin kuat dan makin cepat berintegrasi dengan keseluruhan perilaku kebiasaannya.
5. Clark C. Hul
Dalam teorinya ia mengatakan bahwa suatu kebutuhan harus ada pada diri seseorang yang sedang belajar, kebutuhan itu dapat berupa motif, maksud, ambisi, atau aspirasi. Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar individu.
Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang sampai pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang. Jadi pada diri seseorang harus ada motif sebelum belajar terjadi atau dilakukan.
6. Piaget
Piaget mengemukakan aspek-aspek perkembangan intelektual anak sebagai berikut:
Aspek struktur
Ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak-anak. Tindakan-tindakan menuju perkembangan operasi-operasi dan selanjutnya menuju pada perkembangan struktur-struktur. Struktur yang juga disebut skemata atau juga biasa disebut dengan konsep, merupakan organisasi mental tingkat tinggi.
Aspek isi
Isi maksudnya adalah pola perilaku anak khas yang tercermin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
Aspek fungsi
Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi.
7. Jerome S Bruner
Bruner menyatakan bahwa inti belajar adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Menurut Bruner selama kegiatan belajar berlangsung hendakanya siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri (discovery learning) makna segala sesuatu yang dipelajari. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam memecahkan masalah. Dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri.
8. Robert M Gagne
Gagne mengemukakan ada lima kemampuan hasil belajar yaitu tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu bersifat psikomotorik. Kemampuan itu adalah
Kemampuan /keterampilan intelektual
Mampu menggunakan hal yang kompleks dalam suatu situasi baru dimana diberikan sedikit bimbingan dalam memilih dan menerapkan aturan-aturan dan konsep-konsep yang telah dipelajarinya sebelumnya.
Kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau mungkin sekumpulan sikap yang dapat ditunjukkan oleh perilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan IPA
Kemampuan informasi verbal
Keterampilan motorik
Bertolak dari model belajarnya, Gagne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase itumerupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distruktur oleh siswa (yang belajar) atau guru. Fase-fase tersebut adalah:
Fase motivasi
Dimotivasi untuk belajar bahwa belajar akan memperoleh hadiah
Fase pengenalan
Memberikan perhatian pada bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional
Fase perolehan
Jika sudah mendapatkan informasi yang relevan, maka telah siap untukmenerima pelajaran
Fase retensi
Informasi harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Fase pemanggilan
Memperoleh hubungan antara informasi yang telah kita pelajari dengan informasi yang telah dipelajari sebelumnya
Fase generalisasi
Proses transfer informasi pada situasi-situasi baru.
Fase penampilan
Siswa harus memperlihatkan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak
Fase umpan balik
Siswa memperoleh umpan balik dari penampilan mereka
9. David Ausubel
Ia mengemukakan teori belajar yaitu teori belajar bermakna. Belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi, yaitu:
Dimensi yang berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan
Dimensi yang menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengabaikan informasi pada struktur kognitif yang ada. Struktur kognitif adalah fakta, konsep, dan generalisasinya yang telah dipelajari dan diingat siswa.
Dalam implementasinya, teori ini terdiri dari dua fase, aitu mula-mula ia menyangkut pemberian “the organizer” atau materi pendahuluan diberikan sebelum kegiatan berlangsung dan dalam tingkat abstraksi. Fase berikutnya dimana organisasinya lebih spesifik dan terarah.
10. Teori Psikologi Gestalt
Teori ini disebut juga field theory atau insight full lerning. Menurutnya manusia bukan hanya sekadar makhluk reaksi yang hanya berbuat atau bereaksi jika ada rangsang yang mempengaruhinya. Manusia adalah individu yang mempunyai kebulatan antara jasmani dan rohani. Secara pribadi manusia tidak secara langsung bereaksi kepada rangsang, dan tidak pula reaksi itu dilakukan secara tidak terarah, tidak pula dilakukan dengan cara trial and error.
Reaksi yang dilakukan manusia tergantung pada rangsang dan bagaimana motif-motif yang terdapat pada dirinya. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan.
TAHAP-TAHAP PROSES ADAPTASI
A. Adaptif
Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis ia harus senantiasa beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih maju (modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk dapat menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya, yaitu antara kebutuhan dan pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang menjadi seimbang. Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah, cemas, kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur, motivasi, pengalam, serta kemampuan dalam mengatasi masalah. Dua bentuk ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu Frustasi dan konflik.
a. Frustasi
Ada beberapa faktor penyebab frustasi. Pada umumnya frustasi dapat disebabkan karena: (1) Tertundanya pencapaian tujuan seseorang untuk sementara, atau untuk waktu yang tidak menentu. (2) Sesuatu yang menghambat apa yang sedang dilakukan. Faktor penghambat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Contoh faktor interen yaitu keadaan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor eksteren yaitu semua faktor yang berasal dari luar dirinya, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Faktor eksteren terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
b. Konflik
Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam diri individu. Salah satu contoh: ‘Seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang harus dipilih satu, atau beberapa diantaranya’. Seseorang yang mengalami konflik dan tidak segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan perilaku. Beberapa contoh lain untuk situasi konflik adalah sebagai berikut.
1. Approach-approach : Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik.
2. Avoidance-avoidance : Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak diinginkan.
3. Approach-avoidance : Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak me-
nyenangkan.
4. Double approach avoidance conflict : banyak konflik, dan sebagainya
Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang hendaknya memiliki kemampuan (kecakapan) untuk menganalisis setiap stimulus. Dengan kecakapan yang dimiliki ia akan dapat menyelesaikan masalahnya. Analisis dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari yang sangat sederhana (ringan) menuju yang kompleks (berat). Dengan demikian secara bertahap pula akan ditemukan keseimbangan. Hal ini dapat dilakukan dengan penuh kesabaran. Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan dengan berbagai cara. Trial and error (mencoba dan salah) merupakan salah satu cara yang dapat membentuk ‘kebiasaan’ dan ‘mekanisme’. Ada bermacam-macam mekanisme penyesuaian yang dapat dijadikan rambu-rambu sebagai berikut.
1. Agresi: yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan kepuasan.
2. Menarik diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.
3. Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan berkhayal.
4. Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada anak-anak.
5. Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh alasan yang sebenarnya dari perilaku itu tidak diterima oleh masyarakat. Bentuk rasionalisasi: Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam.
6. Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih baik dilupakan
7. Identifikasi: mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan diri pada tokoh yang dikagumi. Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga yang bisa menjadi kebanggaannya, dapat juga di sekolah-sekolah.
8. Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif atau negatif.
9. Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan dari psikologis. Seseorang yang tidak bisa mengatasi konfliknya mencoba mengatasi dengan sakit kepala, sakit perut, dll.
B. Maladaptif
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya maladaptif: (a) Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara positif terhadap koreksi, juga tidak dapat mengkritisi diri sendiri. (b) Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau berkompetisi dengan kawan yang jelas dapat dikalahkan.
adaptasi bayi baru lahir
a.
Adaptasi Sistem Pernapasan
Perubahan system ini diawali dari
perkembangan organ paru itu sendiri dengan perkembangan struktur bronkus,
bronkiolus, serta alveolus yang terbentuk dalam proses kehamilan sehingga dapat
menentukan proses pematangan dalam system pernapasan. Bayi baru lahir lazimnya
bernapas melalui hidung,respon refleks terhadap obstruksi nasal,membuka mulut
mempertahankan jalan napas .Proses perubahan bayi baru lahir adalah dalam hal
bernapas yang dapat dipengaruhi oleh keadaan hipoksia pada akhir persalinan dan
rangsangan fisik yang merangsang pusat pernapasan medulla oblongata di otak.
Selain itu juga terjadi tekanan rongga dada karena kompresi paru selama
persalinan, sehingga merangsang masuknya udara ke dalam paru. Kemudian
timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi system pernapasan itu
sendiri dengan system kariovaskuler. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir
berkisar antara 30-60 kali per menit (Barbara,2001)
b.
Adaptasi Sistem peredaran darah
Saat paru-paru mengembang akan menarik darah
dari arteri pulmonalis sehingga duktus arteriosus botali tertutup. Pada saat
darah mengalir ke paru-paru,O2 dalam darah akan dihisap masuk ke
alveoli sedangkan CO2 akan dikeluarkan melalui jalan pernapasan .
Pada saat tali pusat diikat dan di potong,hubungan peredaran darah ibu dan bayi
terputus (Syaifuddin,2009)
Pada
system peredaran darah terjadi perubahan
fisiologi pada bayi baru lahir yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses
pengantaran oksigen keseluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan yaitu
penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktusarteriosus
antara arteri paru dan aorta (Syaifuddin,2009)
c.
Adaptasi sistem pengaturan suhu
tubuh
Ketika bayi
lahir dan langsung berhubungan dunia luar (lingkungan) yang lebih dingin, maka
dapat menyebabkan air ketuban menguap melalau kulit yang dapat mendinginkan
darah bayi. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang
besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan
panas pada lingkungan. Adanya timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh
meningkat, sehingga berlangsungnya proses adaptasi
( Aziz alimul,2008)
( Aziz alimul,2008)
Dalam pembakaran lemak, agar menjadi panas, bayi
menggunakan kadar glukosa. Selanjutnya candangan lemak tersebut akan habis
dengan adanya stres dingin dan bila bayi kedinginan akan mengalami proses
hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis (Barbara,2001)
Terdapat
empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke
lingkungannnya :
a) Konduksi
Pemindahan
panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung. Contoh: menimbang
bayi tanpa alas timbangan,menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi
baru lahir.
b) Konveksi
Jumlah panas
yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara. Contoh : membiarkan
bayi baru lahir di ruang yang terpasang kipas angin.
c) Radiasi
Pemindahan
panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda.
Contoh :
bayi baru lahir dibiarkan telanjang atau dibiarkan tidur di ruangan yang
menggunakan AC tanpa diberikan penghangat ruangan.
d) Evaporasi
Perpindahan
panas dengan cara merubah cairan menjadi uap. Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah
panas yang dipakai,tingkat kelembaban udara,aliran udara yang dilewati.
Untuk
mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir,antara lain : mengeringkan
bayi,menyelimuti bayi dengan selimut,menutup kepala bayi dan menganjurkan
memeluk bayi saaat menyusui (Muslihatun Wafi Nur , 2008)
d.
Adaptasi Metabolisme glukosa
Setelah tali pusat diikat atau diklem, maka kadar
glukosa akan dipertahankan oleh si bayi itu serta mengalami penurunan waktu
yang cepat 1-2 jam. Guna mengalami atau memperbaiki kondisi tersebut, maka
dilakukan dengan menggunakan air susu ibu ( ASI ) , penggunaan candangan
glikogen ( glikogenesis ), dan pembuatan glukosa dari sumber lain khususnya
lemak ( glukoneonesis ). Sseorang bayi
yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati. (Aziz
Alimul,2008)
e.
Adaptasi Sistem Gastroitestinal
Proses mengisap dan menelan sebelum lahir sudah
dimulai. Repleks gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir. Kemampuan
menelan dan mencerna makanan masih terbatas, mengingat hubungan esophagus bahwa
dan lambung masih belum sempurna yang dapat menyebabkan gumoh dapat
kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih 30 cc. (Aziz Alimul,2008)
Enzim-enzim digestif aktif pada waktu lahir dan dapat
menyokong kehidupan ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu. Pengeluaran
mekonium diekskresikan dalam waktu 24 jam pada 90% bayi baru lahir yang normal
(Barbara,2001)
f.
Adaptasi Sistem Kekebalan tubuh
Perkembangan system imunitas pada bayi juga mengalami
proses penyusaian dengan dengan perlindungan oleh kulit membrane mukosa, fungsi
saluran nafas, dan pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta
perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan kekebalan alami
pada tingkat sel oleh sel darah akan membuat terjadinya system kekebalan
melalui pemberian kolostrum dan lambat akan terjadi kekebalan sejalan dengan
perkembangan usia ( Jane Ball,1999 )
Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organism
penyerang di pintu masuk (mulut,hidung) . Fagositosis lambat,keasaman lambung
dan produksi pepsin dan trpsin belum berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu
. Immunoglobulin A (Ig A) hilang dari saluran pernapasan dan perkemihan.
(Barbara,2001)
g.
Adaptasi ginjal
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih 24 jam pertama
setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama lahir,setelah itu
berkemih 5-20 kali dalam 24 jam. Urine dapat keruh karena lendir dan garam asam
urat,noda kemerahan (debu batu bata) dapat diamati pada popok karena Kristal
asam urat (Barbara,2001)
h.
Adaptasi Hati
Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu
setelah lahir,hati terus membantu pembentukan darah. Selama periode neonates,hati
memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan darah. Penyimpanan zat besi ibu
cukup memadai bagi bayi sampai lima bulan kehidupan ekstrauterin,pada saat bayi
baru lahir menjadi rentan terhadap defisiensi zat besi. (Barbara,2001