KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
penyertaannya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah tentang “Sistem Rujukan
Maternal Dan Neonatal” saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah mendukung dalam menyusun makalah ini.
Penyusunan
makalah ini telah saya selesaikan dengan lancar, tetapi saya menyadari bahwa
penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi saya mohon
untuk memberikan masukan, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dalam
penyusunan tugas makalah ini.
Akhir kata
saya berharap tugas ini sangat berguna dan membantu menyumbangkan pengetahuan
tentang mata kuliah asuhan kebidanan komunitas khususnya bagi mahasiswa
Kebidanan.
Padang, Maret 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Salah
satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan usaha kesehatan dalam sistem kesehatan
nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan
yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien), peru
adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui
suatu tatanan sistem rujukan.
Pelaksanaan sistem rujukan di
indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu
pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaan
tidak berdiri sendiri namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila
pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer
maka ia akan menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan
diatasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah,
teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam
akan segera tertangani dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang
sistem rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan
proses rujukan yaitu tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya
terkait, keterbatasan sarana, tidak ada dukungan peraturan (standar kesehatan
nasional 2009)
1.2 Rumusan
masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan sistem rujukan?
2.
Apa tujuan dari sistem rujukan?
3.
Apa saja jens-jenis sistem rujukan?
4.
Apa saja bentuk pelayanan kesehatan pada sistem rujukan?
5.
Bagaimana jalur sistem rujukan?
6.
Bagaimana mekanisme sistem rujukan?
7.
Apa saja kendala yang terjadi pada sistem rujukan?
8.
Bagaimana dengan rujukan neonatus?
9.
bagaimana sistem kesehatan di Amerika Serikat?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui maksud sistem rujukan
2. Untuk
mengetahui tujuan dari sisem rujukan
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis sistem rujukan
4. Untuk
mengetahui bentuk pelayanan kesehatan
5. Untuk
mengetahui jalur sistem rujukan
6. Untuk
mengetahui mekanisme sistem rujukan
7. Untuk
mengetahui kendala pada sistem rujukan
8. Untuk
mengetahui rujukan neonatus
9. Untuk
mengetahui sistem kesehatan di Amerika Serikat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem
Rujukan
Pengertian
sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional depkes RI 2009, merupakan
suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu atau lebih penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih
mampu atau secara horizontal antar unit-unit setingkat kemampuannya.
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem
jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan
tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul baik secara
vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi
yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih
kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
Syarat-syarat tertentu harus dipenuhi sebelum sistem rujukan dapat berfungsi
secara tepat, seperti:
1. Kesadaran
masyarakat dalam masalah kesehatan
2. Petugas
kesehatan harus memiliki pengetahuan yang adekuat dalam strategi pendekatan
resiko dan sistem rujukan
3. Setiap
unit obstetrik harus memiliki peralatan yang tepat
4. Komunikasi
dan transportasi yang mudah harus tersedia
2.2
Tujuan Sistem Rujukan
Tujuan
sistem rujukan bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan,
dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB (meilani,dkk 2009)
2.3
Jenis Sistem Rujukan
a. rujukan
medik
rujukan
ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien.
Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis), dan
bahan-bahan pemeriksaan
b. rujukan kesehatan masyarakat
rujukan
ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan tegnologi, saran dan
operasional.
(nanny,
2010)
|
|||
(Nanny,
2010)
2.4
Bentuk Pelayanan Kesehatan
1. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama (primary health care)
Pelayanan
kesehatan jenis ini diperlukan dalam masyarakat untuk mengatasi sakit ringan
dan juga dibutuhkan oleh masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan
mereka (disebut juga dengan promosi kesehatan). Oleh karena jumlah kelompok ini
dalam suatu populasi sangat besar (± 85%), maka pelayanan yang diperlukan oleh
kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau
bisa juga berupa pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care).
Di indonesia bentuk pelayanan kesehatan seperti ini diantaranya adalah
puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan balai kesehatan
masyarakat (balkesmas)
2. Pelayanan
kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Pelayanan
kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat
inap, yang sudah tidak dapat ditangan oleh pelayanan kesehatan primer. Contoh
bentuk pelayanan ini adalah rumah sakit tipe C dan D yang memiliki
tenaga-tenaga spesialis.
3. Pelayanan
kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Pelayanan
kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah
tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan yang
diberikan sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga spesialis, contohnya pada
rumah sakit tipe A dan B (nanny, 2010)
Jenjang
Tingkat Tempat Rujukan
|
||
2.5
Jalur Rujukan
Dalam rangka pelaksanaan rujukan
perlu diperhatikan hal-hal yang menyangkut tingkat kegawatdaruratan penderita,
waktu dan jarak tempuh, sarana yang dibutuhkan serta kemampuan tempat rujukan
Mengingat waktu merupakan adalah
salah satu unsur yang penting dalam mempercepat pelayanan, maka untuk
kasus-kasus gawat darurat perlu ditunjang dengan penyederhanaan prosedur yang
berlaku ditempat rujukan, maupun prosedur dalam jalur rujukan dari tingkat
institusi pelayanan.
Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk
kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut:
a. Dari
kader
Dapat langsung merujuk
ke:
1. Puskesmas
pembantu
2. Pondok
bersalin / bidan di desa
3. Puskesmas
/ puskesmas dengan rawat inap
4. Rumah
sakit pemerintah atau swasta
b. Dari
posyandu
Dapat langsung merujuk
ke:
1. Puskesmas
pembantu
2. Pondok
bersalin / bidan di desa
3. Puskesmas
/ puskesmas dengan rawat inap
4. Rumah
sakit pemerintah atau swasta
c. Dari
puskesmas pembantu
Dapat langsung merujuk
ke rumah sakit tipe D / C atau rumah sakit swasta
d. Dari
pondok bersalin / bidan di desa
Dapat langsung merujuk
ke rumah sakit tipe D / C atau rumah sakit swasta
Pada rujukan penderita gawat
darurat, batas wilayah adminstrasi (geografis) dapat diabaikan karena yang
penting adalah penderita mendapat pertolongan yang cepat dan tepat. Sedangkan
untuk penderita yang tidak termasuk gawat darurat dilaksanakan sesuai dengan
prosedur rujukan yang biasa, sesuai hirarki fasilitas pelayanan (meilani,dkk
2009)
2.6
Mekanisme
Rujukan
a. menentukan
kegawatdaruratan penderita
1. pada
tingkat kader
bila ditemukan
penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader, maka
segera di rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena
mereka belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan
2. pada
tingkat bidan di desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
tenaga kesehatan yang ada
pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk.
b. menentukan
tempat tujuan rujukan
prinsip dalam
menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan
yang terdekat, termasuk fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat,
termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan
kemampuan penderita. Pada rujukan penderita gawat darurat, hierarki fasilitas
pelayanan kesehatan dan batas wilayah administrasi dapat diabaikan, yang
penting pendrita mendapat pertolongan yang cepat dan tepat
c. memberikan
informasi kepada penderita dan keluarganya penderita dan keluarganya perlu
diberi informasi tentang perlunya penderita segera dirujuk untuk mendapatkan
pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
d. mengirimkan
informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui telepon atau radio komunikasi
disampaikan kepada tempat rujukan yang dituju untuk
1. memberitahukan
bahwa akan ada penderita yang dirujuk
2. meminta
petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam
perjalanan ketempat rujukan
3. meminta
petunjuk cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin
dikirim
e. persiapan
penderita
1. sebelum
dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu. Keadaan umum
ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan . untuk itu infus maupun
obat-obatan yang diperlukan untuk mempertahankan keadaan umum perlu disertakan
pada waktu pasien dirujuk
2. surat
rujukan perlu disiapkan sesuai dengan format rujukan
3. dalam
hal penderita gawat darurat seorang bidan perlu mendampingi penderita dalam
perjalanan, untuk menjaga keadaan umum penderita.
f. Pengiriman
penderita
Untuk mempercepat
sampai ke tujuan, perlu di upayakan kendaraan / sarana transportasi yang
tersedia untuk mengangkut penderita
g. Tindak
lanjut penderita
1. Untuk
penderita yang dikembalikan, dan memerlukan tindak lanjut, dilakukan tindakan
sesuai dengan saran yang diberikan
2. Bagi
penderita yang memerlukan tindak lanjut tiap tidak melapor, maka dilakukan
kunjungan rumah (mailani,dkk 2009)
2.7
Kendala Sistem Rujukan
1.
Status puskesmas PONED
dn bukan PONED sering membingungkan bidan apabila harus melakukan rujukan
2.
Belum terdapat persepsi
yang sama tentang prosedur tindakan diantara petugas pelaksana pelayanan
3.
Keterbatasan
pengetahuan masyarakat tentang kegawatdaruratan maternal dan neonatal
4.
Keterbatasan kemampuan
ibu dalam mengambil keputusan
5.
Konsekuensi finansial
sebagai dampak proses rujukan
6.
Keterbatasan
keterampilan puskesmas dalam melakukan tindakan
7.
Petunjuk pelaksana
sistem rujukan tidak baku
8.
Belum terdapat
kesinambungan pelayanan rujukan dalam satu rantai yang utuh menjadi bagian dari
upaya pemantapan sistem rujukan. Umpan balik rujukan dari rumah sakit sering
diabaikan karena tindakan yang dilakukan di tingkat RS Kabupaten/Kota dianggap
telah menyelesaikan masalah.
9.
Penerima pertama pasien
bukan tenaga medis terlatih
10. Dokter
dan bidan sebagai tenaga terlatih justru berada di lini belakang
11. Prosedur
penerimaan rujukan yang lambat karena birokrasi pelaporan.
12. Belum
selalu tersedia unit Tranfusi Darah (UTD) dan Bank Darah Rumah Sakit belum
berfungsi sebagai tempat antara penyimpanan darah.
13. Keterbatasan
pelayanan pemeriksaan penunjang karena keterbatasan SDM, sarana dan prasarana.
2.8
Rujukan Neonatus
Prinsip
dasar
1. Rujukan
ideal: rujukan antepartum
2. Sistem
rigionalisasi rujukan perinatal
a. Bayi
dirujuk cepat dan adekuat
b. Fasilitas
lengkap dan terdekat
3. Syarat
merujuk adalah kondisi bayi stabil
4. Lakukan
komunikasi serta berikan informasi dan edukasi (KIE) dalam proses rujukan KIE
memiliki tujuan umum dan tujuan khusus seperti berikut ini
a. Tujuan
umum
1. Menjelaskan
pentingnya sistem rujukan
2. Mempersiapkan
dan melaksanakan rujukan
b. Tujuan
khusus
1. Melakukan
komunikasi serta memberikan informasi dan edukasi (KIE) dalam proses rujukan
2. Mengenal
kasus-kasus yang harus dirujuk
3. Melaksanakan
sistem rujukan
Kasus
yang harus dirujuk
Berikut
adalah kasus-kasus yang harus dirujuk:
1. Asfiksia
dan gangguan napas
2. Bayi
berat lahir rendah (BBLR)
3. Hypotermi
berat
4. Ikterus
progresif
5. Hypoglikemi
yang tidak teratasi
6. Infeksi
/ sepsis dengan komplikasi
7. Kasus
bedah neonatus
8. Kejang
yang tidak teratasi
9. Bayi
dari ibu diabetes militus
10. Kasus
renjatan yang tidak teratasi
11. Penyakit
hemolisis
Proses
rujukan
Proses
rujukan dilakukan dengan cara berikut:
1. Memperhatikan
sistem regionalisasi
2. Memberikan
KIE mengenai pentingnya pelaksanaan rujukan
3. Melengkapi
syarat rujukan, yang biasanya terdiri atas izin tindakan, surat rujukan dan
data pasien / catatan medis
a. Pasien
dalam keadaan stabil
b. Melibatkan
tenaga yang terampil resusitasi
Tindakan
sebelum dan selama dirujuk
1. Pastikan
bayi tetap hangat
2. Jika
bayi di curigai memiliki riwayat infeksi bakteri, maka diberikan antibiotik
dosis pertama gentamicin 4 mg / kgBB ditambah dengan ampisilin 100 mg / kgBB
secara intramuskular
3. Jika
bayi sianosis / sukar bernapas, ada tarikan dinding dada dan merintih, maka
segera beri oksigen.
2.9 Sistem
Kesehatan Amerika Serikat
1.
Struktur Organisasi
Kesehatan
dikelola oleh: pemerintah dan swasta
Menteri
kesehatan berkoordinasi dengan institusi dibawahnya yaitu:
a. Departemen
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan
b. Bertanggung
jawab terhadap program massal nasional terkait dengan jaminan sosial dan
kesejateraan publik termasuk pendidikan
2. Masalah-masalah
sistem kesehatan di AS
a. Menjamurnya
institusi kesehatan swasta
b. Akibatnya
biaya kesehatan menjadi lebih tinggi dari pada pembiayaan kesehatan yang
disediakan oleh negara
3. Perbedaan
sistem kesehatan di Amerika serikat dan indonesia
Sub
sistem
|
Amerika
Serikat
|
Indonesia
|
Pelayananan
kesehatan
|
1. Jenis,
bentuk dan jumlah penyebarannya tidak diatur dengan jelas
2. Tidak
jelas pembagian tugas dan hubungan antar satu dengan yang lainnya
3. Mutu
pelayanan kesehatan telah memuaskan
|
1. Jenis,
bentuk dan jumlah penyebarannya diatur dengan jelas
2. Jelas
pembagian tugas dan hubungan antar satu dengan yang lainnya
3. Mutu
pelayanan kesehatan belum memuaskan
|
pembiayaan
kesehatan
|
1. Jumlah
penyebaran dan pemamfaatan dana telah memuaskan
2. Telah
terdapat mekanisme pembiayaan kesehatan yakni melalui sistem asuransi
|
1. Jumlah
penyebaran dan pemamfaatan dana belum memuaskan
2. Belum
terdapat mekanisme pembiayaan kesehatan
|
Dari
perbandingan diatas, dapat diimpulkan bahwa bila ditinjau dari sub sistem
pelayanan kesehatan, sistem kesehatan di Indonesia lebih baik dari Amerika Serikat.
Bila ditinjau dari sub sistem pembiayaan kesehatan, maka sistem kesehatan di
Amerika Serikat jauh lebih baik dan Indonesia masih terbelakang.
(warizen,
Feb 27,2013)
3.1 Kesimpulan
Pengertian
sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional depkes RI 2009, merupakan
suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu atau lebih penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih
mampu atau secara horizontal antar unit-unit setingkat kemampuannya.
3.2 Saran
Dengan
adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang
lebih bermutu karena tindakan rujukan ditujukan pada kasus yang tergolong
berisiko tinggi. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk
merujuk ibu dengan keluhan ginekologi ke fasilitas kesehatan rujukan secara
optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit.