Jumat, 28 Maret 2014

SISTEM RUJUKAN



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan penyertaannya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah tentang “Sistem Rujukan Maternal Dan Neonatal” saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam menyusun makalah ini.
Penyusunan makalah ini telah saya selesaikan dengan lancar, tetapi saya menyadari bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi saya mohon untuk memberikan masukan, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan tugas makalah ini.
Akhir kata saya berharap tugas ini sangat berguna dan membantu menyumbangkan pengetahuan tentang mata kuliah asuhan kebidanan komunitas khususnya bagi mahasiswa Kebidanan.


Padang, Maret  2015


Penulis






BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan usaha kesehatan dalam sistem kesehatan nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien), peru adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan.
            Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaan tidak berdiri sendiri namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia akan menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini  akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, keterbatasan sarana, tidak ada dukungan peraturan (standar kesehatan nasional 2009)
1.2  Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem rujukan?
2. Apa tujuan dari sistem rujukan?
3. Apa saja jens-jenis sistem rujukan?
4. Apa saja bentuk pelayanan kesehatan pada sistem rujukan?
5. Bagaimana jalur sistem rujukan?
6. Bagaimana mekanisme sistem rujukan?
7. Apa saja kendala yang terjadi pada sistem rujukan?

8. Bagaimana dengan rujukan neonatus?
9. bagaimana sistem kesehatan di Amerika Serikat?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui maksud sistem rujukan
2.      Untuk mengetahui tujuan dari sisem rujukan
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis sistem rujukan
4.      Untuk mengetahui bentuk pelayanan kesehatan
5.      Untuk mengetahui jalur sistem rujukan
6.      Untuk mengetahui mekanisme sistem rujukan
7.      Untuk mengetahui kendala pada sistem rujukan
8.      Untuk mengetahui rujukan neonatus
9.      Untuk mengetahui sistem kesehatan di Amerika Serikat


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Rujukan

Pengertian sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional depkes RI 2009, merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu atau lebih penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal antar unit-unit setingkat kemampuannya.
            Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Syarat-syarat tertentu harus dipenuhi sebelum sistem rujukan dapat berfungsi secara tepat, seperti:
1.      Kesadaran masyarakat dalam masalah kesehatan
2.      Petugas kesehatan harus memiliki pengetahuan yang adekuat dalam strategi pendekatan resiko dan sistem rujukan
3.      Setiap unit obstetrik harus memiliki peralatan yang tepat
4.      Komunikasi dan transportasi yang mudah harus tersedia
2.2 Tujuan Sistem Rujukan
Tujuan sistem rujukan bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB (meilani,dkk 2009)


2.3 Jenis Sistem Rujukan
a.       rujukan medik
rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis), dan bahan-bahan pemeriksaan
b.       rujukan kesehatan masyarakat
rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan tegnologi, saran dan operasional.
(nanny, 2010)






Jenis rujukan
 


 











(Nanny, 2010)



2.4 Bentuk Pelayanan Kesehatan
1.      Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan dalam masyarakat untuk mengatasi sakit ringan dan juga dibutuhkan oleh masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka (disebut juga dengan promosi kesehatan). Oleh karena jumlah kelompok ini dalam suatu populasi sangat besar (± 85%), maka pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau bisa juga berupa pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Di indonesia bentuk pelayanan kesehatan seperti ini diantaranya adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan balai kesehatan masyarakat (balkesmas)

2.      Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat inap, yang sudah tidak dapat ditangan oleh pelayanan kesehatan primer. Contoh bentuk pelayanan ini adalah rumah sakit tipe C dan D yang memiliki tenaga-tenaga spesialis.

3.      Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan yang diberikan sudah kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga spesialis, contohnya pada rumah sakit tipe A dan B (nanny, 2010)

Jenjang Tingkat Tempat Rujukan





 






2.5 Jalur Rujukan
            Dalam rangka pelaksanaan rujukan perlu diperhatikan hal-hal yang menyangkut tingkat kegawatdaruratan penderita, waktu dan jarak tempuh, sarana yang dibutuhkan serta kemampuan tempat rujukan
            Mengingat waktu merupakan adalah salah satu unsur yang penting dalam mempercepat pelayanan, maka untuk kasus-kasus gawat darurat perlu ditunjang dengan penyederhanaan prosedur yang berlaku ditempat rujukan, maupun prosedur dalam jalur rujukan dari tingkat institusi pelayanan.
            Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut:
a.       Dari kader
Dapat langsung merujuk ke:
1.      Puskesmas pembantu
2.      Pondok bersalin / bidan di desa
3.      Puskesmas / puskesmas dengan rawat inap
4.      Rumah sakit pemerintah atau swasta
b.      Dari posyandu
Dapat langsung merujuk ke:
1.      Puskesmas pembantu
2.      Pondok bersalin / bidan di desa
3.      Puskesmas / puskesmas dengan rawat inap
4.      Rumah sakit pemerintah atau swasta
c.       Dari puskesmas pembantu
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D / C atau rumah sakit swasta
d.      Dari pondok bersalin / bidan di desa
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D / C atau rumah sakit swasta
            Pada rujukan penderita gawat darurat, batas wilayah adminstrasi (geografis) dapat diabaikan karena yang penting adalah penderita mendapat pertolongan yang cepat dan tepat. Sedangkan untuk penderita yang tidak termasuk gawat darurat dilaksanakan sesuai dengan prosedur rujukan yang biasa, sesuai hirarki fasilitas pelayanan (meilani,dkk 2009)
2.6  Mekanisme Rujukan
a.       menentukan kegawatdaruratan penderita
1.      pada tingkat kader
bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader, maka segera di rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena mereka belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan
2.      pada tingkat bidan di desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
b.      menentukan tempat tujuan rujukan
prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan yang terdekat, termasuk fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita. Pada rujukan penderita gawat darurat, hierarki fasilitas pelayanan kesehatan dan batas wilayah administrasi dapat diabaikan, yang penting pendrita mendapat pertolongan yang cepat dan tepat
c.       memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya penderita dan keluarganya perlu diberi informasi tentang perlunya penderita segera dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
d.      mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui telepon atau radio komunikasi disampaikan kepada tempat rujukan yang dituju untuk
1.      memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk
2.      meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ketempat rujukan
3.      meminta petunjuk cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim
e.       persiapan penderita
1.      sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan . untuk itu infus maupun obat-obatan yang diperlukan untuk mempertahankan keadaan umum perlu disertakan pada waktu pasien dirujuk
2.      surat rujukan perlu disiapkan sesuai dengan format rujukan
3.      dalam hal penderita gawat darurat seorang bidan perlu mendampingi penderita dalam perjalanan, untuk menjaga keadaan umum penderita.
f.       Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu di upayakan kendaraan / sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita
g.      Tindak lanjut penderita
1.      Untuk penderita yang dikembalikan, dan memerlukan tindak lanjut, dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan
2.      Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tiap tidak melapor, maka dilakukan kunjungan rumah (mailani,dkk 2009)
2.7 Kendala Sistem Rujukan
1.         Status puskesmas PONED dn bukan PONED sering membingungkan bidan apabila harus melakukan rujukan
2.         Belum terdapat persepsi yang sama tentang prosedur tindakan diantara petugas pelaksana pelayanan
3.         Keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang kegawatdaruratan maternal dan neonatal
4.         Keterbatasan kemampuan ibu dalam mengambil keputusan
5.         Konsekuensi finansial sebagai dampak proses rujukan
6.         Keterbatasan keterampilan puskesmas dalam melakukan tindakan
7.         Petunjuk pelaksana sistem rujukan tidak baku
8.         Belum terdapat kesinambungan pelayanan rujukan dalam satu rantai yang utuh menjadi bagian dari upaya pemantapan sistem rujukan. Umpan balik rujukan dari rumah sakit sering diabaikan karena tindakan yang dilakukan di tingkat RS Kabupaten/Kota dianggap telah menyelesaikan masalah.
9.         Penerima pertama pasien bukan tenaga medis terlatih
10.     Dokter dan bidan sebagai tenaga terlatih justru berada di lini belakang
11.     Prosedur penerimaan rujukan yang lambat karena birokrasi pelaporan.
12.     Belum selalu tersedia unit Tranfusi Darah (UTD) dan Bank Darah Rumah Sakit belum berfungsi sebagai tempat antara penyimpanan darah.
13.     Keterbatasan pelayanan pemeriksaan penunjang karena keterbatasan SDM, sarana dan prasarana.

2.8 Rujukan Neonatus
Prinsip dasar
1.      Rujukan ideal: rujukan antepartum
2.      Sistem rigionalisasi rujukan perinatal
a.       Bayi dirujuk cepat dan adekuat
b.      Fasilitas lengkap dan terdekat
3.      Syarat merujuk adalah kondisi bayi stabil
4.      Lakukan komunikasi serta berikan informasi dan edukasi (KIE) dalam proses rujukan KIE memiliki tujuan umum dan tujuan khusus seperti berikut ini
a.       Tujuan umum
1.      Menjelaskan pentingnya sistem rujukan
2.      Mempersiapkan dan melaksanakan rujukan
b.      Tujuan khusus
1.      Melakukan komunikasi serta memberikan informasi dan edukasi (KIE) dalam proses rujukan
2.      Mengenal kasus-kasus yang harus dirujuk
3.      Melaksanakan sistem rujukan
Kasus yang harus dirujuk
Berikut adalah kasus-kasus yang harus dirujuk:
1.      Asfiksia dan gangguan napas
2.      Bayi berat lahir rendah (BBLR)
3.      Hypotermi berat
4.      Ikterus progresif
5.      Hypoglikemi yang tidak teratasi
6.      Infeksi / sepsis dengan komplikasi
7.      Kasus bedah neonatus
8.      Kejang yang tidak teratasi
9.      Bayi dari ibu diabetes militus
10.  Kasus renjatan yang tidak teratasi
11.  Penyakit hemolisis
Proses rujukan
Proses rujukan dilakukan dengan cara berikut:
1.      Memperhatikan sistem regionalisasi
2.      Memberikan KIE mengenai pentingnya pelaksanaan rujukan
3.      Melengkapi syarat rujukan, yang biasanya terdiri atas izin tindakan, surat rujukan dan data pasien / catatan medis
a.       Pasien dalam keadaan stabil
b.      Melibatkan tenaga yang terampil resusitasi
Tindakan sebelum dan selama dirujuk
1.      Pastikan bayi tetap hangat
2.      Jika bayi di curigai memiliki riwayat infeksi bakteri, maka diberikan antibiotik dosis pertama gentamicin 4 mg / kgBB ditambah dengan ampisilin 100 mg / kgBB secara intramuskular
3.      Jika bayi sianosis / sukar bernapas, ada tarikan dinding dada dan merintih, maka segera beri oksigen.
2.9 Sistem Kesehatan Amerika Serikat
1.      Struktur Organisasi
Kesehatan dikelola oleh: pemerintah dan swasta
Menteri kesehatan berkoordinasi dengan institusi dibawahnya yaitu:
a.       Departemen kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan
b.      Bertanggung jawab terhadap program massal nasional terkait dengan jaminan sosial dan kesejateraan publik termasuk  pendidikan

2.      Masalah-masalah sistem kesehatan di AS
a.       Menjamurnya institusi kesehatan swasta
b.      Akibatnya biaya kesehatan menjadi lebih tinggi dari pada pembiayaan kesehatan yang disediakan oleh negara




3.      Perbedaan sistem kesehatan di Amerika serikat dan indonesia
Sub sistem
Amerika Serikat
Indonesia
Pelayananan kesehatan
1.      Jenis, bentuk dan jumlah penyebarannya tidak diatur dengan jelas
2.      Tidak jelas pembagian tugas dan hubungan antar satu dengan yang lainnya
3.      Mutu pelayanan kesehatan telah memuaskan
1.      Jenis, bentuk dan jumlah penyebarannya diatur dengan jelas
2.      Jelas pembagian tugas dan hubungan antar satu dengan yang lainnya
3.      Mutu pelayanan kesehatan belum memuaskan

pembiayaan kesehatan
1.      Jumlah penyebaran dan pemamfaatan dana telah memuaskan
2.      Telah terdapat mekanisme pembiayaan kesehatan yakni melalui sistem asuransi
1.      Jumlah penyebaran dan pemamfaatan dana belum memuaskan

2.      Belum terdapat mekanisme pembiayaan kesehatan

Dari perbandingan diatas, dapat diimpulkan bahwa bila ditinjau dari sub sistem pelayanan kesehatan, sistem kesehatan di Indonesia lebih baik dari Amerika Serikat. Bila ditinjau dari sub sistem pembiayaan kesehatan, maka sistem kesehatan di Amerika Serikat jauh lebih baik dan Indonesia masih terbelakang.
(warizen, Feb 27,2013)



3.1  Kesimpulan
Pengertian sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional depkes RI 2009, merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu atau lebih penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal antar unit-unit setingkat kemampuannya.

3.2  Saran
Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditujukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu dengan keluhan ginekologi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit.